01 April 2013

Sepi yang membunuhku

Ramai pejalan kaki dan lalu lalang kendaraan menjadi pemandangan yang sejenak menyekat pikiran.
Sejenak, suara roda kendaraan menyapu jalanan.
menyadarkanku dari kesendirian.
Saat ku terombang ambing di kursi kayu .
Bertanya untuk apa aku disini seorang diri (?)
berada diantara ratusan pejalan kakiyang melenggang bergandengan dengan senyum , menebar tawa kegembiraan.


Sejenak, aku di hinggapi rasa iri yang menusuk dalam, menggerogoti logika warasku tanpa perlawanan ketika kudapati puluhan pasang mata berbinar duduk di buai kemesraan .
Dan aku sendiri masih terpaku tanpa teman, tanpa siapa-siapa.

Betapa menyesakkan hidup di tengahi keramaian. Melintas detik demi detik dengan hanya berpelukan pada asa yang tersisa , menggantungkan angan hanya pada bayang-banyang semu, pudar lalu tercerai-berai bersama awan .

Asa tentangmu yang tak kujung padam kurengkuh meski dalam ketidakpastiann. Bayang-bayang semumu yang telah kugapai di tengah di ujung tebing keraguan  beralaskan ketidakpastiaan.

Bilakah ada sedetik masa untukku dan untukmu merangkai kembali barisan cerita rindu yang sempat tertunda. Mumgkinkan datang setitik nyala api yang bisa mengobarkan waras jiwa mu, membuka satu pintu untukku :) .
Biar bisa ku lukis jalanan hari bersama renyah tawa dan senyum mu .
Biar rasa iri di dada ku sirna, biar sendiriku tak hampa dalam keramaian .

Tapi mungkinkah cerita ini terulang ? Sementara sampai detik ini , di sendiriku yang bersandar pada langit kelam dan gerimis yang satu-persatu datang , aku masih saja mematuk bayang-bayang , menggurat kesepian tanpa arah .

0 komentar:

 
Hanya Sebuah Kata Blogger Template by Ipietoon Blogger Template